Oleh: Sudiyanti | Guru SMPN 2 Pangkah, Tegal dan Fasilitator Program Pintar Penggerak
KOMPAS.com – Merespons SKB 4 Menteri terbaru dalam pembelajaran tatap muka (PTM) dan diperkuat dengan surat edaran dari dinas pendidikan dan kebudayaan, sekolah kami mengambil keputusan untuk menyelenggarakan PTM 100 persen.
Hanya saja setelah berjalan beberapa hari, hasilnya tidak seperti yang dibayangkan. Siswa banyak yang kurang serius dan lebih banyak bercanda. Kehadiran siswa pun juga belum bisa penuh dengan berbagai alasan.
Rama, siswa kelas VIIE mengungkapkan, “sebenarnya belajar lebih enak kalau siswanya sedikit.” Pendapat Rama diiyakan oleh teman sebangkunya. Sepertinya karena sudah terbiasa belajar dengan 16 siswa perkelas, mereka merasa lebih nyaman.
Perlu adaptasi
Untuk membuat pembelajaran yang kondusif, tenyata siswa perlu beradaptasi dengan PTM 100 persen. Mereka ada yang lebih nyaman mengikuti PTM terbatas. Belajar dengan siswa yang banyak membuat mereka kehilangan fokus.
Di sinilah pentingnya peran guru dalam merancang pembelajaran yang berorientasi pada siswa. Pembelajaran perlu dikemas yang membuat siswa belajar lebih nyaman, meskipun jumlah siswa sudah kembali seperti semula.
Walaupun sekolah sudah membuka PTM 100 persen, masih ada siswa yang tidak masuk tanpa keterangan atau izin dengan berbagai alasan. Rata-rata perkelas siswa yang hadir sekitar 80-90 persen.
Memang pihak sekolah tidak memaksa, kemungkinan masih ada orangtua yang khawatir dengan kesehatan dan keselamatan anaknya bila harus belajar bersama di kelas dengan banyak siswa.
Setelah Covid-19 mereda, kita juga dihadapkan lagi dengan berita adanya penyakit hepatitis akut dan banyaknya kasus demam berdarah. Wajar bila masih ada orangtua yang belum mengizinkan anaknya berangkat ke sekolah.
Kekhawatiran tersebut perlu direspons oleh sekolah dan pihak terkait untuk memastikan pembelajaran berjalan aman dan sehat. Masalah kesehatan harus menjadi perhatian serius dalam menyelenggarakan PTM 100 persen.
Strategi memasuki PTM 100 persen
Lalu bagaimana kita untuk sekolah dan guru dalam menghadapi kondisi seperti di atas?
1. Buat pembelajaran di kelompok kecil
Untuk mengatasi siswa yang tidak fokus dan lebih senang belajar dengan jumlah siswa yang sedikit, guru dapat membentuk siswa dalam kelompok-kelompok kecil yang terdiri dari 3-4 siswa.
Pembelajaran di kelompok kecil juga bukan hanya untuk mendengar penjelasan guru atau mengerjakan latihan soal. Guru perlu mengemasnya dengan berbagai kegiatan yang mendorong siswa lebih banyak mengalami.
Misalnya melakukan percobaan, pengamatan, diskusi, bermain peran atau kegiatan yang dapat membuat siswa lebih antusias mengikuti pelajaran.
Setiap anggota kelompok dapat diberi peran yang membuat mereka bisa saling mendukung. Bila hal ini dibiasakan maka siswa akan lebih kondusif dalam mengikuti pembelajaran.
2. Meyakinkan orangtua
Sekolah perlu meyakinkan orangtua agar anaknya bisa diizinkan mengikuti pembelajaran di sekolah. Kepala sekolah, wali kelas, dan guru bimbingan konseling perlu melakukan pendekatan khusus bila ada orang tua yang masih khawatir anaknya bersekolah.
Pendekatan tersebut penting terutama untuk mengomunikasikan hal-hal yang perlu dilakukan dan dijaga bersama oleh sekolah dan orang tua dalam memastikan anak aman mengikuti pembelajaran.
Bila memang karena suatu kondisi siswa tidak bisa mengikuti pembelajaraan di sekolah, misalnya karena sakit atau memiliki kormobid dengan surat keterangan dari dokter maka sekolah tetap membuat layanan pembelajaran jarak juah (PJJ).
3. Konsisten dengan protokol kesehatan
Ini yang harus dijaga oleh semua pihak, konsisten menerapkan protokol kesehatan (Prokes). Protokol mencuci tangan, memakai masker, dan menjaga jarak harus selalu dipantau.
Guru tidak boleh bosan mengingatkan, menjadi teladan, dan ‘penegak’ kedisiplinan prokes. Sekolah perlu menyediakan masker tambahan bila ada masker siswa atau guru yang perlu diganti.
Dengan kebijakan baru, kantin sekolah juga sudah bisa dibuka. Para penjual perlu diedukasi agar juga mengikuti prokes dan mengatur agar siswa bisa tertib saat jajan. Makanan yang dijual juga harus bergizi dan higienis.
Begitu juga dengan kegiatan ekstrakurikuler yang dapat dilaksanakan untuk menyalurkan bakat dan minat siswa. Mereka bisa berkegiatan di bidang seni, olah raga, pramuka, karya ilmiah dan lainnya dengan prokes yang ketat.
Kegiatan PTM 100 persen di sekolah kami mulai berjalan optimal dengan dukungan warga sekolah, orang tua, masyarakat, dan dinas terkait.
Upaya ini menjadi ikhtiar kita bersama untuk memastikan siswa bisa mendapatkan layanan pembelajaran terbaik walaupun pandemi masih belum usai.
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram “Kompas.com News Update”, caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.
#SKB #Menteri #Terbaru #dan #Strategi #Memulai #PTM #Persen
Klik disini untuk lihat artikel asli
Discussion about this post