BRASILLIA, KOMPAS.com – Seorang pria di Brasil baru-baru ini nekat memalsukan kematian karena ingin tahu siapa saja yang akan hadir dalam acara pemakamannya.
Pria tersebut bernama Baltazar Lemos yang telah berusia 60 tahun.
Dia sehari-hari bekerja sebagai pembaca acara.
Lemos pun pernah memimpin ratusan acara pemakaman.
Nah, dari sini, dia mendapat inspirasi untuk memalsukan kematian.
Saat menjadi pembawa acara dalam pemakaman, dia pernah mendapati ada yang hanya dihadiri oleh 2 pelayat dan ada juga yang sampai 500 pelayat.
Lemos kemudian berpikir tentang akan ada berapa banyak kerabat dan temannya yang akan datang untuk memberikan penghormatan terakhir dan mengucapkan selamat tinggal ketika dirinya meninggal.
Dia pun memutuskan untuk berpura-pura meninggal dunia.
Pada 10 Januari 2023, seseorang tampak memposting gambar dengan pesan duka di media sosial Baltazar Lemos.
“Di awal sore yang menyedihkan ini, Baltazar Lemos meninggalkan kami. Informasi lebih lanjut segera hadir,” tulis pesan itu, sebagaimana dikutip dari Oddity Central.
Sehari sebelumnya, sebuah foto yang diambil di depan rumah sakit Albert Einstein di Sao Paulo di posting di media sosial.
Foto itu menyiratkan bahwa Lamos telah dirawat di sana, menjadikan kabar laki-laki itu meninggal semakin terasa benar.
Keluarga Lemos terkejut dengan pengumuman tersebut, karena tidak ada yang tahu dia berada di rumah sakit.
Salah satu keponakannya bergegas ke rumah sakit Albert Einstein untuk menanyakan tentang dia.
Tetapi staf Rumah Sakit pun dikabarkan tidak memiliki catatan Baltazar Lemos dirawat di sana dalam beberapa hari terakhir.
Ketika teman Lamos mulai berbagi berita tragis tentang kematiannya secara online, orang-orang mulai memberi pesan duka di kolom komentar dan bertanya tentang penyebab kematiannya.
Tidak ada yang bisa menjelaskan secara pasti kematian Lemos.
Selang beberapa waktu, muncul pemberitahuan tentang waktu dan tempat upacara pemakaman Lemos di akun Facebook pria itu.
Pada 18 Januari, teman dan keluarga Baltazar Lemos pun mendatangi sebuah kapel kecil di Kota Curitiba untuk menyaksikan “pemakamannya”.
Pada satu titik, suara Baltazar mulai menyambangi telinga para hadirin dengan menceritakan kehidupannya.
Beberapa hadirin mulai menangis karena mengira itu adalah rekaman suara almarhum.
Tanpa disangka-sangka, selang beberapa saat, pintu altar kemudian terbuka dan Lemos melangkah keluar di depan semua orang.
Para hadirin pun kebingungan. Ada yang baru mulai menangis, ada yang kaget bukan main.
Begitu Lamos menjelaskan bahwa dirinya telah memalsukan kematianuntuk melihat siapa yang akan menghadiri pemakamannya, para hadirin mulai menuduhnya melakukan kekejaman.
“Di semua grup fotografer acara, orang membicarakan ‘kematian’ Anda. Semua orang berduka. Sungguh lelucon yang konyol! Saya pikir Anda harus berfoto dengan semua orang yang berduka atas kematian Anda. Saya tidak mengenal Anda secara pribadi dan saya harap saya tidak pernah bertemu dengan Anda,” komentar seseorang secara online setelah mengetahui kebenaran.
Kisah Baltazar Lemos memalsukan kematian menyebar dengan cepat di media sosial.
Beberapa kantor berita lokal dilaporkan telah menghubunginya untuk mempelajari lebih lanjut tentang motivasinya.
Lemos menjelaskan bahwa dia tidak pernah ingin membuat orang berduka, tetapi ini adalah satu-satunya cara untuk mengetahui siapa yang akan meratapi dia setelah kematiannya yang tak terelakkan.
“Saya punya ide lima bulan lalu. Aku ingin membuatnya terlihat seperti aku benar-benar mati. Orang-orang menafsirkannya dengan cara mereka sendiri. Sebenarnya saya ingin tahu siapa yang akan datang,” kata Lemos.
“Saya tidak memberi tahu siapa pun, karena saya berharap itu akan berhasil. Saya tidak punya niat untuk menyakiti, menyinggung, atau melukai siapa pun. Saya benar-benar meminta maaf kepada orang-orang ini,” ucap dia.
Permintaan maaf Lamos sebagian besar diabaikan, terutama setelah orang-orang mengetahui bahwa dia memiliki seorang ibu yang terikat kursi roda berusia sekitar 80 tahun yang bisa mengalami serangan jantung saat mendengar berita kematiannya.
Belum lagi kesedihan seluruh keluarga, teman, dan koleganya.
“Saya sudah mengenalnya sejak 2001. Saya pikir ceritanya mengerikan. Saya menghabiskan satu hari dengan sedih dan hari lainnya sangat marah. Bagi saya, dia meninggal pada tanggal 17, ketika saya mengetahui semuanya. Rasanya sangat tidak enak,”kata seorang perencana acara yang pernah bekerja dengan Baltazar Lemos.
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram “Kompas.com News Update”, caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.
#Cerita #Pria #Nekat #Palsukan #Kematian #agar #Tahu #Siapa #Saja #yang #Hadiri #Pemakamannya #Halaman
Klik disini untuk lihat artikel asli
Discussion about this post